Rabu, 14 Juni 2017

Kesenjangan Pendidikan

Sistem pendidikan sekarang tak ubahnya seperti sistem ekonomi yang ada, yang pintar semakin pintar, yang bodoh semakin bodoh. Terkesan pendidikan hanya milik manusia pintar dan kaya, sebaliknya manusia bodoh dan miskin tak diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan kian hari makin mahal, untuk siapa? Untuk orang-orang yang kaya tentunya. Pendidikan hanya terpusat di kota-kota besar, untuk siapa? Untuk masyarakat yang katanya modern. Ada jarak yang coba dibangun dengan pelabelan tersebut, antara yang kaya dengan yang miskin, yang pintar dengan yang bodoh, dan yang kota dengan yang kampung.
Ambil contoh salah satu pembelajaran di kelas, kebanyakan guru akan lebih dekat ke anak yang dianggap pintar atau yang duduk di depan. Sebaliknya anak yang duduk di belakang, yang kebanyakan bodoh tidak mendapat perhatian dari guru. Dari sikap tersebut telah mencerminkan sikap tidak adil secara sosial, atau jauh dari sila kelima pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut terjadi di karenakan kurikulum yang ada dibuat hanya oleh anak-anak yang juara kelas di kelasnya. Sehingga pembelajaran pun hanya terfokus untuk menjadikan semua anak juara kelas. Bolehlah sekali-kali yang paling bodoh di kelas diajak untuk membuat kurikulum pendidikan.
Mengutip salah satu guru di pesantren, "Tidak ada anak bodoh di dunia ini, yang ada belum menemukan jalan kepintarannya". Dari perkataan beliau tersebut dapat kita ambil sebagai landasan bersikap dalam pembelajaran terhadap anak, untuk berlaku adil, menganggap semua anak yang ada pada dasarnya pintar. Setiap anak unik dan punya kelebihan masing-masing yang belum tentu ada di anak lainnya
Selain itu, kesenjangan pendidikan antara yang kaya dan yang miskin terlihat dengan semakin mahalnya 'harga' untuk mengenyam pendidikan. Fakta tersebut tercermin ketika ada anak tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, kebanyakan sebab karena mahalnya biaya pendidikan. Bukankah negara telah menjamin hak setiap warga negaranya? Sesuai UUD yang berbunyi "Negara menjamin hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak".
Selanjutnya, kesenjangan pendidikan antara kota dan desa muncul dengan adanya pelabelan universitas yang ada di kota besar adalah pusat segala pengetahuan, saya kira pusat pengetahuan adalah google bukan universitas. Hal tersebut memunculkan fenomena masyarakat desa yang dipaksa berbondong-bondong ke kota untuk mendapatkan pengetahuan. Fenomena tersebut terbukti ampuh menghasilkan anak pintar yang enggan kembali untuk membangun kampung halamannya, karena cara berpikir ke kotaannya tak sesuai lagi dengan yang ada di kampung. Seharusnya pemerintah fokus pada pembangunan universitas yang merata di daerah, bukan fokus pada pembangunan universitas mainstream yang ada.
Masalah kesenjangan pendidikan pada akhirnya dapat teratasi dengan cara menghilangkan sekat kesenjangan itu sendiri. Dengan cara membangun manusia atau penghilangan label diskriminasi pada kelompok yang bodoh, miskin, dan kampung. Sehingga yang ada adalah kelompok yang pintar, kaya, dan kota, jika kota dianggap sebagai komunitas yang maju dan modern. Dengan kata lain mengubah cara berpikir masyarakat yang sesuai dengan apa yang dikatakan Tan Malaka dalam salah satu bukunya "Bersikap adillah sejak dalam pikiran".

Kamis, 07 Mei 2015

Resume Langkah-langkah Operasional Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar (dengan ilustrasi kasus)

A.    Langkah – langkah Operasional Diagnostik Kesulitan Belajar Siswa
Untuk dapat memahami dimana letak kesulitan belajar siswa maka terlebih dahulu seorang pendidik atau konselor harus mengetahui langkah – langkah mendiagnostik kesulitan belajar siswa tersebut. Berikut ini terdapat beberapa langkah operasional diagnostic kesulitan belajar siswa.
1.      Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar
Tahapan-tahapan diagnosis (the level of diagnosis)
a.       Who are the pupils having trouble?
b.      Where are the errors located?
c.       Why are the errors occur?
d.      What remedies are suggested?
e.       How can errors be prevented?

Teknik dan instrument yang digunakan dalam diagnosis menurut Burton dalam Abin (2003:310) adalah sebagai berikut:
o   General diagnosi, menggunakan tes baku untuk menemukan siswa yang mengalami kelemahan tertentu.
o   Analysistic diagnostic, menggunakan tes diagnostic untuk mengetahui letak kelemahannya.
o   Psychological diagnosis, teknik-teknik yag digunakan antara lain:
o   Observasi
o   Analisis karya tulis
o   Analisis proses dan respon lisan
o   Analisis berbagai catatan objektif
o   Wawancara
o   Pendekatan laboratories dan klinis
o   Studi kasus
Langkah-langkah diagnosis yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami apa saja karakteristik dan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan.
Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan diagnosis hampir sama dengan layanan bimbingan belajar perbedaan pokoknya terlihat pada hasil akhir bimbingan berupa perubahan pada diri siswa setelah dilakukan bimbingan sedangkan pada diagnostik hasil akhirnya adalah pencapaian pada rekomendasi untuk menentukan tindakan penyembuhan yang akan dilakukan.

2.      Identifikasi Kasus Kesulitan Belajar
Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi kasus kesulitan belajar siswa yang harus dipahami.
1)      Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
2)      Melokalisasikan dimana Letak Kesuliatan
3)      Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
4)      Mengambil Kesimpulan Dan Membuat Rekomendasi Pemecahannya

B.     Remedial Kesulitan Belajar Siswa
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahapan kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostic kesulitan belajar mengajar.
Berikut ini terdapat beberapa langkah pendeskripsian fungsi, tujuan/sasaran, dan kegiatan remedial kesulitan belajar sebagai berikut.
1)      Penelaahan kembali kasus dengan permasalahannya
Langkah ini merupakan tahapan paling fundamental dalam pengajaran remedial karena merupakan landasan utama langkah–langkah kegiatan berikutnya. Sasaran pokok langkah ini ialah:
a.       Diferennya gambaran yang lebih definitive mengenai karakteristik kasus serta permasalahannya
b.      Diperolehnya gambaran lebih defintif mengenai fasibilitas alternative tindakan remedial yang direkomendasikan
Berdasarkan hasil telaahan diatas duharapkan terjawab pertanyaan berikut
a)      Siapa kasus yang perlu ditangani itu?
b)      Seberapa jauh tingkat kelemahaannya secara umum dipandang dari segi kriteria yang diharapkan?
c)      Dimanakah letak kelamahaannya dipanadang dari ruang lingkup dan urutan bidang yang bersangkutan?
d)     Pada tungkat dan kawasan hasil belajar manakah kasus itu mengalami kelemahan dipandang dari tujuan-tujuan pendidikan?
e)      Faktor manakah merupakan penyebab utama dipandang dari segi siswa yang bersangkutan?
f)       Faktor manakah yang mungkin menjadi penyebab utama dari kompnen instrumental input (sarana penunjang) PBM yang bersangkutan?
g)      Faktor manakah yang terdapat dalam lingkungan yang diduga merupakan sumber utama kesulitan?
h)      Apakah komponen output ikut juga salah satu sebab kesulitan belajar?
i)        Apakah perkiraan tentang kemungkinan penangannya cukup teliti dan beralasan?
j)        Apakah alternatif yang direkomendasikan?

2)      Menentukan alternative pilihan tindakan
Langkah ini merupakan lanjutan logis dari langkah pertama. Dari hasil penelaahan yang kita lakukan pada langkah pertama itu akan diperoleh kesimpulan mengenai dua hal pokok, yaitu :
a)      Karakteristik khusus yang akan ditangani secara umum, dapat dikategorikan pada salah satu dari tiga kemungkinan dibawah ini :
·         Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola/strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien.
·         Kasus yang bersangkutan dapat disimpulkan disamping memiliki kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan pola/strategi/metode/teknik belajar yang lebih sesuai, efektif dan efisien itu, juga dihadapkan kepada hambatan–hambatan ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis dalam penyesuaian dengan dirinya dan lingkungannya.
·         Kasus yang bersangkutan disimpulkan telah memiliki kecenderungan ke arah kemampuan menemukan dan mengembangkan pola–pola strategi namun terhambat oleh ego-emosional, potensial-fungsional, sosial-psikologis dan faktor instrumental-enviromental lainnya.

b)      Alternatif pemecahannya, mungkin lebih strategis jika:
·         Langsung kepada langkah keempat (pelaksanaan pengajaran remedial), misalnya kalau kasusnya termasuk kategori yang pertama.
·         Harus menempuh dahulu langkah ketiga (layanan BK/psikoterapi) sebelum lanjut ke langkah ke 4 jika kasusnya termasuk kategori kedua atau ketiga.
·         Layanan bimbingan dan konseling/psikoterapi
Langkah ini pada dasarnya bersifat pilihan bersyarat ditinjau dari kerangka keseluruhan prosedur pengajaran remedial. Sasaran pokok yang hendak dituju oleh layanan ini ialah terciptanya kesehatan mental kasus, dalam arti ia terbatas dari hambatan dan ketegangan batinnya untuk kemudian siap sedia kembali melakukan kegiatan belajar secara wajar realistis.
Diantara sekian banyak masalah kesulitan penyesuaian, yang masih dapat ditangani para guru pada umunnya antara lain:
a.       kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar.
b.      Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang sikap negative terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar.
c.       Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang kebiasaan belajar yang salah.
d.      Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang ketidakserasian antara kondisi objektif keragaman pribadinya dengan kondisi objektif instrumental input dan lingkungannya.

3)      Melaksanakan pengajaran remedial
Dengan terciptanya prakondisi seperti yang telah dijelaskan diatas langkah keempat yang harus dilaksanakan adalah pengajarab remedial. Sasaran pokok dari setiap pengajaran remedial ini ialah tercapainya peningkatan prestasi atau kemampuan penyesuaian diri sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.

4)      Mengadakan pengukuran prestasi belajar kembali
Dengan selesainya dilakukan pengajaran remedial maka dideteksi ada atau tidaknya perubahan pada diri kasus. Oleh karena itu diadakan pengukuran kembali, hasilnya akan memberikan informasi seberapa jauh atau seberapa besar perubahan telah terjadi, baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif.
5)      Mengadakan re-evaluasi dan re-diagnostik
Pada akhirnya hasil pengukuran harus ditafsirkan dan ditimbang kembali dengan mempergunakan cara dan kriteria untuk kegiatan belajar. Hasil penafsiran dan pertimbangan ini akan membawa tiga kemungkinan kesimpulan:
·         Kasus menunjukan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya dengan mencapai kriteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan.
·         Kasus menunjukan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya namun masih belum sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan minimum yang diharapkan.
·         Kasus belum menunjukan perubahan yang berarti, baik dalam segi prestasinya maupun dalam kemampuan penyesuaian dirinya.

6)      Remedial pengayaan dan atau pengukuran (tambahan)
Seperti halnya langkah ketiga, langkah ini pun bersifat pilihan yang kondisional. Ada atau tidaknya kesempatan pada pihak guru dan siswa daya dukung fasilitas teknis, serta sarana penunjang yang diperlukan. Sasaran pokok langkah ini ialah agar hasil remedial itu lebih sempurna dengan diadakan pengayaan dan pengukuhan

C.    Ilustrasi Kasus Langkah-Langkah Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar

1.      Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan  tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
a.       Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
b.      Mengidentifikasi  dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan,
c.       Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah diatas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.

a.       Analisis Hasil Diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar yang perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh: Badu mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep  “jurnal penyesuian ”. Jurnal penyesuaian ialah jurnal yang dibuat pada akhir periode untuk menyesuaikan saldo-saldo perkiraan (akun) agar menunjukkan keadaan sebenarnya sebelum penyusunan laporan keuangan. Pemahaman tentang beban gaji yang masih harus dibayar misalnya, Badu masih kesulitan dalam menentukan akun-akun terkait dan membuat jurnal untuk akun-akun yang bersangkutan.

b.      Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan tertentu dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam.
1. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
2. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
3. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orang tua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orang tua dapat bersumber dari kasus kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Termasuk dalam lingkungan dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
Kembali kesoal Badu. Ternyata, dari hasil diagnosis diketahui bahwa ia belum memilki kecakapan memahami konteks penyesuaian, khususnya beban dibayar dimuka, pendapatan dibayar dimuka. Akibatnya,penyesuaian yang dibuat harusnya beban dibayar dimuka disamakan dengan beban saja dll.

c.       Menyusun Program Perbaikan
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan pengajaran remedial
2. Meteri pengajaran  remedial
3. Metode pengajaran remedial
4. Alokasi waktu pengajaran remedial
5. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial
Agar lebih jelas, berikut ini penyusunan sajikan sebuah contoh program pengajaran remedial  yang sengaja dikaitkan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa  bernama Badu  seperti  dimuka.
Contoh:

Program Pengajaran Remedial

Nama siswa                 :Badu
Kelas                           : 11 A2, SMA “XY” Bandung

  • Jenis kesulitan:  Badu dapat menentukan akun-akun terkait dengan   penyesuaian gaji yang masih harus dibayar serta dapat membuat jurnal atas akun-akun tersebut                             
·         Tujuan Remedial         :
a.  Menentukan akun penyesuaian pada gaji yang masih harus dibayar dan membuat jurnalnya

·         Materi Remedial         :
a.       Sebuah transaksi yang menunjukan adanya pengaruh terhadap kas, yaitu transaksi yang bersifat mengurangi. Serta penerapan pada posisi debit dan kreditnya.
b.      Sebuah transaksi yang menunjukan adanya pengaruh terhadap penambahan utang dan tidak memperngaruhi kas, serta posisi debit kredit dari akun yang bersangkutan.
c.       Dua buah transaksi yang disajikan untuk dinalisis, yang pertama pembayaran dilakukan diawal dan pembayaran dilakukan diakhir.
·         Alokasi waktu remedial          : 90 menit
·         Evaluasi remedial        : Menggunakan instrumen tes isian untuk menganalisis transaksi-transaksi tersebut dan menjurnalnya pada kolom-kolom jurnal yang telah disediakan

d.      Melaksanakan Program Perbaikan
Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik.Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang bimbingan dan penyuluhan yang tersedia disekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.














DAFTAR PUSTAKA


Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_ii/07110240.pdf
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/Bimbingan_Belajar.pdf
irdasyamsi.files.wordpress.com/2012/05/kesulitan-belajar.pdf



Kamis, 09 April 2015

Pembelajaran Berbasis Bimbingan (Mengkaji Model-Model Pembelajaran yang lebih Berorientasi Pengembangan Individu)

A.    Pengertian Model Pembelajaran  
Model Pembelajaran  ialah suatu kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Model pembelajaran biasanya digunakan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga dengan demikian kegiatan/proses pembelajaran yang dilakukan baik di sekolah maupun di luar sekolah, benar-benar merupakan suatu kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis. Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang bisa dipergunakan dalam pengembangan kurikulum, merancang materi pembelajaran, dan membimbing pembelajaran. Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori belajar atau pengetahuan. Joyce & Weil (1986) mengemukakan model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkam menjadi empat kelompok model. Model pembelajaran merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran itu dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.

B.     Dasar Model Pembelajaran
Supaya model-model pembelajaran dapat dipahami secara baik dan cermat, sehingga dapat diimplementasikan secara baik, maka diadakan pengklasifikasian model pembelajaran secara umum. Upaya pengklasifikasian secara umum dan pokok ini, didasarkan pada beberapa pertimbangan. Beberapa yang menjadi dasar pertimbangan menurut Mulyani Sumantri ( 2001) diantaranya ialah pengaturan pendidik dan peserta didik, struktur peristiwa pembelajaran, peranan peserta didik dan pendidik, proses pengolahan pesan,  tujuan pembelajaran. Berikut penulis uraikan secara pokok dasar pertimbangan tersebut.

a.      Pengaturan pendidik dan peserta didik
Apakah pendidik yang menyampaikan dan mengorganisasi pembelajaran itu adalah guru kelas atau guru bidang studi, apakah pendidik tersebut merupakan guru tim atau perorangan. Apakah hubungan pendidik-peserta didik terjadi secara tatap muka atau dengan perantara media. Apakah sistem belajarnya secara klasikal, kelompok atau perorangan. Itu semuanya akan menentukan termasuk jenis kelompok model mana suatu model pembelajaran atau bahkan dapat menentukan jenis model pembelajaran yang mana yang akan dipergunakan atau dilaksanakan.

b.      Struktur peristiwa pembelajaran
Struktur peristiwa pembelajaran dapat terjadi secara tertutup dan/atau terbuka. Peristiwa pembelajaran yang tertutup desainnya telah ditentukan dan digariskan secara baku dan guru tidak mau menyimpang dari rencana. Sedangkan struktur peristiwa pembelajaran yang bersifat terbuka, maka tujuan khususnya, materinya, serta prosedur yang ditempuh untuk mencapainya ditentukan pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung. Terbuka dan tertutupnya struktur pembelajaran akan menentukan penggunaan suatu model pembelajaran.

c.       Peranan peserta didik dan pendidik dalam mengolah pesan
Pesan atau isi pembelajaran yang akan disampaikan dan/atau diterapkan pendidik kepada peserta didiknya, dapat diolah secara tuntas oleh pendidik itu sendiri sebelum pembelajaran atau akan dicari bersama-sama dengan peserta didik ketika pembelajaran berlangsung. Pesan atau isi pembelajaran yang diolah tuntas oleh pendidik bersifat ekspositorik, biasanya digunakan metode ceramah. Sedangkan pesan atau isi pembelajaran yang dikompromikan dengan peserta didik disebut pesan heuristik atau hipotetik yang biasanya digunakan metode discovery dan inquiry.
  
d.      Proses pengolahan pesan/isi pembelajaran
Proses pengolahan pesan/isi pembelajaran, dapat bertolak dari contoh-contoh sampai kepada kesimpulan, atau dapat pula bertolak dari gambaran umum yang kemudian sampai kepada contoh-contoh. Pengolahan  dari contoh yang bersifat kongkrit kepada penemuan/kesimpulan atau bergerak dari cara berpikir khusus ke umum, strategi pembelajaran ini dinamakan strategi pembelajaran dengan induktif, atau dapat juga yang bersifat sebaliknya yakni deduktif.

e.       Tujuan-tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah bersifat intelektual strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, sikap dan nilai, atau gabungan dari semuanya. Gambaran tujuan ini akan menentukan model pembelajaran apa yang sesuai, serta menentukan juga berada pada kelompokmodel pembelajaran apa sebuah model pembelajaran yang digunakan tersebut.

C.    Model-model Pembelajaran  
Dalam rangka pengenalan dan pemanfaatan model pembelajaran ini, Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986) telah menyajikan berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para pakar pendidikan. Walaupun judul bukunya adalah “Model of Teaching” ternyata isi dari uraiannya secara pokok bukan semata-mata membahas kegiatan pendidik mengajar,  tetapi justru lebih menitikberatkan pada ativitas pembelajaran terdidik. Sehingga penulis menyesuaikan istilahnya menjadi model pembelajaran, hal ini agar arah proses aktivitas terlihat jelas berfokus terhadap peserta didik sebagai peserta didik sesuai dengan arah kebijakan pendidikan jaman sekarang.

D.    Kelompok Model Personal (The Personal Family)
Model pembelajaran kelompok personal ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Serta dapat dikatakan bahwa model ini juga beranjak dari pandangan kedirian atau “selfhood”  dari individu. Tokoh Humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R.Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Proses pembelajaran sengaja diupayakan untuk memungkinkan dapat memahami diri sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab untuk pembelajaran, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Kelompok ini menekankan proses di mana individu membentuk dan menata realitas keunikannya. Perhatian banyak diberikan kepada kehidupan emosional. Melakukan pembelajaran ini lebih banyak memusatkan pada upaya membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap, sehinggamampu memperkayahubungan antara pribadi dan lebih mampu dalam pemprosesan informasinya secara lebih efektif.
Model-model penbelajaran yang tergolong dalam kelompok ini beserta tokohnya dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini yang diadaptasi dari Moh. Surya (2004).

TABEL  2
KELOMPOK MODEL PERSONAL
MODEL
TOKOH
TUJUAN
(1)
(2)
(3)
Model Pengajaran Non Direktif
Carl Rogers
Memberi tekanan pada pembentukan kemampuan dalam perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian dan mengenai konsep diri.
Latihan Kesadaran
Fritz Perls
William Scuhtz
Meningkatkan kemampuan individu peserta didik untuk mengeksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antar pribadi.
Sinektik
William Gordon
Model ini menekankan pada perkembangan pribadi dalam kreatifitas dan pemecahan masalah kreatif.
Sistem-sistem Konseptual
David Hunt
Dirancang untuk meningkatkan kekomplekskan dan keluwesan pribadi
Pertemuan Kelas
William Glasser
Model ini menekankan pada perkembangan pemahaman diri dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial.

Daftar Pustaka
Joyce, B, dan Weil, M, 1986. Models of Teaching, New Jersey, Prentie-Hall, Inc.
Mulyani Sumantri. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.

Surya, M., (2004), Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Pustaka Bani. Quraisy, Bandung.