Bimbingan adalah pemberian
bantuan kepada individu (dalam hal ini) bertujuan agar potensi yang dimiliki
dapat dikembangkan secara optimal dengan jalan memahami diri, lingkungan dan
mengatasi hadapan yang dihadapi oleh individu tersebut.
A.
Pengertian dan Ciri-Ciri Masalah
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia masalah berarti persoalan yang harus diselesaikan.
Masalah yang menimpa seseorang jika tidak segera dicari atau diselesaikan maka masalah
tersebut akan berkembang dan hal ini berimplikasi terhadap kehidupannya dan
orang lain. Menurut Prayitno (1985) ciri-ciri masalah adalah:
1.
Masalah adalah sesuatu yang tidak
disukai adanya.
2.
Menimbulkan kesulitan bagi diri
sendiri dan orang lain.
3.
Ingin atau perlu dihilangkan.
Kesimpulannya ciri-ciri yang
menjadikan suatu hal dikatakan masalah jika:
1.
Masalah muncul karena adanya perbedaan antara harapan dan
kenyataan
2.
Perbedaan yang mencolok antara harapan dan kenyataan akan mengakibatkan
masalah semakin berat
3.
Setiap masalah yang muncul pada setiap individu tidak pernah
diharapkan oleh setiap individu ataupun lingkungan disekelilingnya
4.
Masalah dapat menima siapa saja dan kapan saja yang dapat terjadi
baik pada individu ataupun kelompok
B.
Jenis-Jenis Masalah Siswa di Sekolah
1.
Masalah Emosi
Akibat adanya perubahan
fisik dan kelenjar, emosi sangat kuat dan susah terkendali dan kadang-kadang
tidak irasional. Contohnya mudah marah, mudah dirangsang, emosinya seiring
tidak terkontrol. Keadaan tersebut menimbulkan permasalahan pada siswa.
2.
Masalah Penyesuaian Diri
Dalam hal ini perilaku
teman sanagt berpengaruh terhadap perkembangan individu. Seperti sikap, minat
dan gaya hidup. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka bergaul dengan
lingkungan atau teman-teman yang kurang baik, karena jika mereka tidan
menyesuaikan diri dengan baik maka mereka akan terperangkap pergaulan bebas.
Dan kebanyakn siswa tidak terlalu memperdulikan akibat dari apa yang menjadi
pilihannya, karena kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompoknya jauh
lebih penting.
3.
Masalah Perilaku Seksual
Pada nasa ini siswa
menengah mulai tertarik pada lawan jenis dan dikuti oleh keinginan kuat untuk
memperoleh keinginan dan perhatian dari lawan jenis akibatnya nafsu
seksnya tinggi. Seharusnya mereka mendapatkan pendidikan seks dari orang tua, tapi
kenyantaanya mereka mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang kurang baik.
Misalnya adalah perilaku seks bercumbu, masturbasi, bersenggama. Dimana jika
hal ini mereka lakukan dengan tidak menggunakan alat pengaman maka akan
menimbulkan kehamilan.
4.
Masalah perilaku sosial
Adanya latar belakang ras, agama, status social, tingkat ekonomi
dapat melahirkan kelompok-kelompok yang pemnebtukannya sesuai kesamaan yang
mereka miliki. Hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan dan persaingan dalam
hal yang kurang sehat.
5.
Masalah moral
Siswa-siswa yang berada pada tahap remaja masil labil, dan pada
umumnya belum bisa membedakan mana yanh baik dan yang buruk untuk dirinya. Hal
ini diakibatkan karena tidak menemukan konsep yang benar dalam kehidupan
sehari-hari.
6.
Masalah keluarga
Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umumpertentangan
keluarga pada masa remaja: standar perilaku, metode disiplin, hubungan dengan
saudara kandung, sikap yang kritis pada remaja dan masalah palang pintu. Masalah
palang pintu adalah peraturan keluarga tentang penetapan waktu pulang,
teman bergaul, teman lawan jenis yang ada criteria menurut keluarga.
C.
Pendekatan Umum Bimbingan dan Konseling dalam menangai
Masalah-Masalah Siswa
Dari jenis-jenis masalah
siswa di atas, tergambar bahwa siswa-siswa bermasalah menunjukan penyimpangan
perilaku. Oleh karena itu ada dua macam pendekatan dalam menangani siswa yang
bermasalah. (1) Pendekatan disiplin; (2) Pendekatan Bimbingan dan Konseling.
Pendekatan Displin merujuk
pada tata tertib dan aturan sekolah, penegakan sanksi terhadap penyimpangan
perilaku yang terjadi pada siswa perlu dilakukan untuk mencegah
penyimpangan-penyimpanagan yang akan terus terjadi. Namun perlu diingat bahwa
sekolah bukanlah lembaga hukum.
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan Bimbingan dan Konseling,
berbeda dengan pendekatan sanksi yang diberikan kepada sisea sebagai akibat
untuk efek jera, dalam bimbingan dan konesling justru lebih mengutamakan
pemberian bantuan, upaya, penyembuhan terhadap maslah-masalah yang sedang
dihadapi siswa.
Pendekatan Bimbingan Konseling tidak sedikitpun melakukan sanksi
apapun tetapi lebih menekankan kepada kualitas hubungan antara konselor dan
konseli (siswa). Sehingga sedikit demi sedikit siswa bisa menerima, lebih
terbuka dan tecapainya peneysuaian diri antara dirinya dan konselor.
Contoh pendekatan Bimbingan dan Konseling dalam menghadapi siswa
bermaslaah adalah seperti ilustrasi sebagai berikut.
Contoh di suatu Sekolah terdapat seorang siswi yang hamil, jika
merujuk pada pendekatan disiplin maka siswi tersebut akan dikeluarkan dari
sekolah, namun dengan Bimbingan dan Konseling , diharapkan siswi tersebut dapat
tumbuh pemikiran yang positif terhadap maslaah yang menimpanya. Misalnya secara
sadar menerima resiko yang terjadi, dan keinginan untuk tidak menggurkan
kandungannya karena dapat membunuh janin yang tidak berdosa dan membahayakan
dirinya senidri. Meskipun keputusan sekolah siswa tersebut harus keluar dari
sekolah.
Bimbingan dan Konseling (Guru BK/Konselor) tidak mendorong atau
memaksa siswai tersebut untuk keluar dari sekolah, persoalan mengeluarkan sisw
adalah wewenang kepala sekolah, Guru BK hanyalah membantu agar siswa tersebut
memperoleh kebahagiaan dalam hidpunya. Dan tidak setiap siswa bermasalah harus
di atasi oleh Guru BK/Konselor. Hal ini seperti yang terdapat dalam bagan yang
dikemukakan oleh Sofyan S. Wills (2004), seperti sebagai
berikut:
Masalah Siswa:
a.
Masalah Ringan (semua guru atau wali kelas)
b.
Masalah Sedang (Guru BK/konselor)
c.
Masalah Berat (Alih tangan kasus)
1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang
tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap
awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan dibimbing oleh wali
kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah (konselor/guru
pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan perbuatan
menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena gangguan di
keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang,
melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang dibimbing oleh guru
pembimbing (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah,
ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi
kasus.
3. Masalah (kasus) berat, seperti:
gangguan emosional berat, kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas,
peserta didik hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam
atau senjata api. Kasus berat dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli
psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih
dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus.
D.
Strategi Bimbingan dan Konseling
Strategi Bimbingan dan Konseling terbagi menjadi dua, Strategi
Bimbingan yang mencakup Layanan Dasar, Layanan Perencanaan Individual dan
Dukungan sistem sedangkan Strategi Konseling mencakup Layanan Responsif. Dan strategi yang digunakan dalam membantu
permasalahan siswa adalah layanan Responsif. Layanan Responsif adalah Pemberian
bantuan kepada peserta didik yang sedang menghadapi persoalan dan membutuhkan
bantuan dengan segera.
Dengan tujuan menunjukan kepedulian konselor kepada peserta didik
berkenaan dengan masalah-masalah social-pribadi, karier, pendidikan dengan
memberikan bantuan kepada peserta didik dalam menyelesaikan persoalan yang
dihadpinya.
Layanan ini bisa dilakukan dengan menggunakan strategi Konseling
Individual, Konseling kelompok, konsultasi dan referral (rujukan). Sedangkan
isi layanan ini meliputi karir, pendidikan, social dan pribadi seperti penjelasan
sebelumnya mengenai masala-masalah yang dihadapi oleh siswa di sekolah.
Untuk layanan konseling
perorangan perlu mendapat perhatian lebih. Karena layanan ini
merupakan ciri khas dari layanan bimbingan dan konseling. Dalam
prakteknya, memang strategi layanan bimbingan dan konseling harus
terlebih dahulu mengedepankan layanan-layanan yang bersifat pencegahan dan
pengembangan, namun tetap saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih
diperlukan. Oleh karena itu, guru maupun konselor seharusnya dapat
menguasai proses dan berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Adapaun tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam Konselling adalah sebagai berikut:
1.
Tahapan Awal
Tahap ini terjadi dimulai
sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien
menemukan masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan,
diantaranya:
a.
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport).
Kunci keberhasilan
membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan
konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan;
dan kegiatan.
b.
Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Dalam hal ini jika
hubungan antara konselor dan konseli sudah terjalin maka konselor dapat memerjelas
maslaah yang konseli hadapi.
c.
Membuat penaksiran dan perjajagan.
Setelah konselor mengetahui permasalahan, maka langkah selanjutnya
adalah menaksir kemungkinan masalah dan upaya penyelesayan yang akan dilakukan
dengan membangkitkan semua potensi konseli yang sesuai dengan antisipasi masalah.
d.
Menegosiasikan kontrak.
Membangun perjanjian antara
konselor dengan klien, berisi:
1)
Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan.
2)
Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan konseli.
Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran
dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian
kegiatan konseling.
2.
Tahap Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling
selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini
terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:
a.
Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam.
Penjelajahan dilakukan
agar konseli berpikir untuk alternative dalam menghadapi maslahnya.
Selanjutnya konselor dan konseli bersama-sama meninjau permasalahn yang sedang
dihadapi.
b.
Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika:
1)
Konseli merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau wawancara
konseling, serta menampakan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapinya.
2)
Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling
yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas
dan benar – benar peduli terhadap klien.
3)
c.
Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak.
Kesepakatan yang telah
dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun
konseli.
3.
Tahap Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,
yaitu:
a.
Konselor bersama konseli membuat kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
b.
Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
c.
Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian
segera).
d.
Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:
a.
Menurunnya kecemasan konseli.
b.
Perubahan perilaku konseli ke arah yang lebih positif, sehat dan
dinamis.
c.
Pemahaman baru dari konseli tentang masalah yang dihadapinya.
d.
Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang
jelas.
Dengan merujuk pada penjelasan di atas, tampak bahwa penangana
siswa yang memiliki permaslahan atau siswa bermasalah melalui pendekatan
Bimbingan dan Konseling tidak hanya menjadi tanggung jawab Guru
BK/Konselor di Sekolah, tetapi melibatkan pula pihak lain untuk
bersama-sama membatu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangannya
secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmawati, N. dan Sukardi, D. K. (2008). Proses Bimbingan
Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta : Ahdi Mahasatya.
Bangsawan. (2010). Jenis-Jenis Masalah Siswa di Sekolah
Menengah. [online]. http://kucingbangsawan.blogspot.com [April
2015]
Endriani, Ani. (2011). Strategi
Bimbingan dan Konseling. [online].http://aniendriani.blogspot.com [April
2015]
Inu.(2011). Penanganan
Masalah Siswa diSekolah. [online].http://thejogjamaika.blogspot.com
[April 2015]
Sudrajat, Akhmad. (2008). Mekanisme Penanganan Siswa
Bermasalah di Sekolah. [online]. http://akhmadsudrajat.wordpress.com [April
2015]
Sudrajat, Akhmad. (2010). Strategi
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling. [online]. http://akhmadsudrajat.wordpress.com. [Maret
2015]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar