Subjek sasaran
bimbingan dan konseling adalah individu sebagai pribadi dengan karakteristiknya
yang unik. Artinya tidak ada dua orang individu yang memiliki karekteristik
yang sama. Atas dasar karakteristik pribadinya, guru pembimbing memberikan
bantuan agar individu dapat berkembang optimal melalui proses pemahaman diri,
penerimaan diri, pengarahan diri dan aktualisasi diri. Untuk itu seyogyanya
Guru Pembimbing memahami pribadi setiap individu yang dibimbing sehingga dapat
melakukan tugasnya membantu siswa ke arah perkembangan yang optimal. Untuk hal
ini, maka menurut Moh Surya (1998: 4.1), Guru Pembimbing dituntut paling tidak
memiliki dua kemampuan dan keterampilan yaitu : (1) Kemampuan dan keterampilan
memahami individu yang dibimbing dan (2) Kemampuan dan keterampilan berupa
teknik membantu individu. Dengan demikian teknik-teknik bimbingan dan
konseling, mencakup teknik memahami individu dan teknik-teknik membantu
individu.
1. Pemahaman
Individu.
Pemahaman individu
adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan konseling. Tanpa adanya
pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk memberikan
bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka pengembangan
pribadi. Adapun hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka
pelaksanaan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut:
1) Identitas
diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi.
2) Kondisi
jasmaniah dan kesehatan.
3) Kapasitas
(umum/Intligensi dan khusus/Bakau) dan kecakapan
4) Sikap
dan minat
5) Watak
dan tempramen.
6) Cita-cita
sekolah dan pekerjaan.Aktivitas social
7) Hobi
dan pengisian waktu Luang.
8) Kelebihan
atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki.
9) Latar
belakang
1.1. Sumber
Data Untuk Pemahaman Individu
Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui
beberapa sumber yaitu:
1)
Sumber pertama yaitu siswa itu sendiri yang dapat
dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik pengukuran.
2)
Sumber kedua, yaitu orang tua siswa dan keluarga
terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul lama dengan siswa,
temannya, dokter pribadi dsb.
1.2. Teknik-Teknik
Pemahaman individu.
Adapun teknik-teknik
pemahaman individu dapat dikelompokkan menjadi teknik tes dan non tes. Teknik
tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon bantuan dari ahli lain yang kompeten
untuk itu.
Teknik tes dalam pelayanan bimbingan dan konseling
dapat dikelompokkan menjadi:
1)
tes intligensi,
2)
tes bakat,
3)
tes bakat,
4)
tes/Inventory minat,
5)
tes bakat dan
6)
tes prestasi belajar
sedangkan teknik non tes terdiri dari:
1) observasi
2) Catatan
anekdot
3) Daftar
Cek (Check List).
4) Skala
Penilaian (rating Scale)
5) Wawancara.
6) Angket
7) Biografi
atau auto biografi
8) Sosiometri
9) Studi
dokumentasi
10) Studi
kasus (case study)
2. Teknik-Teknik
Memberi Bantuan
Teknik memberi bantuan dibedakan menjadi dua yaitu
teknik-teknik bimbingan dan teknik-teknik konseling.
2.1. Teknik
Bimbingan.
Bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada
individu dalam rangka mencegah dan menghindari terjadi masalah dalam
kehidupannya dapat menggunakan beberapa pendekatan, yaitu:
1)
Pendekatan individual, yaitu memberikan bimbingan
secara individu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya.
2)
Kelompok, yaitu melayani sejumlah peserta didik yang memiliki
kebutuhan yang sama.
3)
Klasikal, yaitu melayani peserta didik secara klas
tanpa adanya pemisahan.
4)
Dengan cara “alih tangan”, yaitu meminta bantuan pihak
lain yang dipandang lebih competen. Alih tangan dapat berlangsung secara
internal dan eksternal. Secara internal apabila alih tangan dilakukan pada
lingkup area satu sekolah. Sedangkan eksternal apabila dialihkan pada
pihak-pihak lain di luar sekolah, seperti psikoloog, dokter.
Dalam pelaksanaan bimbingan
dapat menggunakan beberapa teknik, seperti : wawancara, dialog, diskusi
kelompok, bimbingan kelompok, simulasi, bermain peran, demonstrasi, ceramah,
karya wisata, mendatangkan nara sumber, studi pustaka dan sebagainya.
2.2. Teknik-Teknik
Konseling.
2.2.1.
Konseling Perorangan
1) Pengertian
Konseling Perorangan
adalah merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang bermasalah
guna mengentaskan masalahnya, demi tercapainya tujuan dan kebahagian hidupnya.
Konseling perorangan dilakukan dengan wawancara interpersonal antara Guru
Pembimbing dengan siswa yang dibantu.
2)
Tahap-Tahapan Dalam Konseling Perorangan
1.
Tahap Awal:
Pada tahap ini
dilakukan pembinaan hubungan baik dengan siswa yang dibantu. Kontak awal antara
pembimbing dengan siterbimbing akan sangat mempengaruhi wawancara konseling.
Pada tahap awal ini yang perlu dilakukan adalah:
a.
Penataan ruangan/fisik/mencari tempat yang kondusif
b.
Sambutan dan perhatian terhadap kehadiran klien
c.
Penjelasan maksud dan tujuan konseling
d.
Penjelasan peranan dan tanggung jawab masing-masing
2.
Tahap Kegiatan:
Pada tahap ini si
pembimbing dengan beragam ketrampilan wawancara konselingnya berupaya untuk
mendorong siswa ke arah pemahaman diri dan lingkungannya dalam kaitannya denga
masalah yang sedang dihadapinya.
3.
Tahap Akhir,
Tujuan tahap ini
adalah agar siterbantu mampu menciptakan tindakan dan merencanakan, melakukan
sesuatu tindakan sesuai dengan kesepakatan dan pemahaman selama proses
wawancara konseling berlangsung. Pada tahap ini perlu pula digali kesan
siswa/klien selama proses wawancara berlangsung.
3)
Teknik-Teknik Konseling Perorangan
Secara umum dalam wawancara konseling dikenal tiga
teknik atau pendekatan khusus, yaitu:
a)
Direktif Konseling
Teknik ini dicetuskan oleh Edmond G. Williamson.
Dengan teknik ini, proses konseling kebanyakan berada ditangan konselor. Dengan
kata lain konselor lebih banyak mengambil inisiatif sedangkan klien tinggal
menerima apa yang dikemukakan oleh konselor
Ciri-Ciri
Direktif Konseling:
·
Sebagian besar tanggung jawab dan pengambilan keputusan
ada di tangan konselor.
·
Konselor menyimpulkan berbagai data, informasi, fakta
mengenai masalah klien
·
Konselor bersama klien mempelajari berbagai macam data
dan informasi dalam rangka pengambilan keputusan.
·
Klien menerima keputusan langsung dari konselor
·
Klien melaksanakan keputusan dan menyempurbnakan
keputusannya.
Williamson juga menyarankan langkah-langkah dalam
konseling secara berturut-turut, yaitu: analisis, sintesis, diagnosis,
prognosis, treatment, follow-up.
b)
Non Direktif Konseling.
Teknik ini sering juga disebut “Client Centered
counseling” yang memberikan gambaran bahwa yang menjadi pusat dalam konseling
adalah klien. Dengan teknik ini aktivitas konseling sebagian besar ada ditangan
klien. Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl Rogers.
Ciri-Ciri Non Directive Counseling:
·
Menekankan pada aktivitas dan tanggung jawab klien.
·
Menuntut konselor untuk mengadakan hubungan secara
efektif dengan klien.
·
Masalah-masalah yang dipecahkan adalah masalah-masalah
actual.
·
Penekanan konseling pada sikap menerima dan memahami.
·
Klien memecahkan masalahnya sendiri melalui
perasaannya sendiri.
c)
Eclectic Counseling
Teknik ini dipelopori oleh F.P Robinson. Teknik ini
pada prinsipnya menggunakan penggabungan antara direktif dan non direktif
konseling. Konselor menggunakan kedua pendekatan secara melengkapi sesuai
dengan situasi dan kondisi klien serta sifat masalah klien. Kondisi ini
menuntut bahwa seorang konselor harus fleksibel dengan keahlian yang memadai
dan pengalaman yang cukup Langkah-langkah konseling ini tidak dapat dirumuskan
secara jelas karena dapat saja konselor menggunakan kedua pendekatan seperti di
atas secara bergantian atau secara bersama-sama sekaligus sesuai dengan sifat
masalah dan kondisi klien.
4)
Ragam Keterampilan Konseling :
a.
Memperhatikan (Atending), dapat diartikan sebagai
ketrampilan konselor untuk menjadikan siswa terlibat dan terbuka dalam
wawancara konseling. Ketrampilan ini mencakup: kontak mata, bahasa badan dan
bahasa verbal. Ciri-ciri memperhatikan yang baik adalah : mengangguk bila
setuju, wajah tenang, ceria, senyum, posisi tubuh condong ke depan kearah siswa
yang dibantu, akrab penuh humor dan variasi, gerakan tangan sifatnya spontan
dan tidak kaku, mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian, sabar menunggu
ucapan siswa yang dibantu hingga selesai, menunggu bereaksi pada saat yang
tepat, perhatian terarah pada siswa yang dibantu.
b.
Merasakan (Empati), adalah kemampuan pembimbing untuk
merasakan apa yang dirasakan siswa yang dibantu, merasa dan berpikir bersama
klien dan bukan berpikir dan merasa tentang klien.
c.
Memantulkan kembali (Refleksi), adalah memantilkan
perasaan, pikiran dan pengalaman siswa sebagai hasil pengamatan pembimbing
terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
d.
Menggali (Eksplorasi), adalah tekhnik untuk menggali
perasaan, pikiran dan pengalaman siswa yang dibantu. Hal ini dilakukan karena
pada umumnya klien menyimpan rahasia bathin, menutup diri atau tidak mampu
mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalaman kehidupannya secara terbuka.
e.
Menangkap Pesan Utama, adalah sipembimbing agar mampu
menangkap inti atau pokok permasalahan dari pernyataan-pernytaan siswa yang
cukup panjang.
f.
Bertanya, dalam hal ini pembimbing dalam proses
wawancara konseling sebaiknya bertanya dengan kata-kata yang mampu membuka diri
siswa seperti : apakah…? bagaimanakah…, adakah…,dapatkah…, dsbnya. Hindarkan
penggunaan kata Tanya yang sifatnya menyelidiki, seperti : mengapa, untuk apa…
g.
Dorongan Minimal, adalah suatu ketrampilan pengulangan
langsung dengan singkat tentang apa yang dikatakan siswa dan selanjutnya untuk
diberikan komentar singkat, seperti : oh…ya….,terus…,lalu…,dan…selanjutnya…
h.
Mengulas (Interpretasi) adalah ketrampilan pembimbing
untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan mrujuk pada
teori dan pengalaman.
i.
Mengarahkan (directing), adalah ketrampilan untuk
memotivasi klien untuk berbuat atau melakukan sesuatu.
j.
Menyimpulkan, adalah ketrampilan pembimbing pada saat
yang tepat untuk bersama sama dengan klien menyimpulkan setahap demi setahap
tentang pembicaraan yang telah di lakukan dan alternative jalan keluar yang
akan dilakukan oleh siswa sehubungan dengan pembahasan yang sedang berlangsung.
5)
Langkah-Langkah Konseling:
a.
Analisa: Pengumpulan data, fakta dan informasi tentang
diri klien
b.
Sintesa: Merangkum dan menyusun data untuk memperoleh
ganbaran diri siswa
c.
Diagnosa : Perumusan kesimpulan sementara tentang
hakekat atau sebab yang dihadapi
d.
Prognosa: Ramalan tentang hasil yang dicapai dalam proses
konseling
e.
Treatment: Proses konseling
f.
Tindak lanjut/Follow up:mengevaluasi hasil konseling
yang telah dilakukan dan mengambil langkah selanjutnya
6)
Percatatan Konseling
Proses layanan
konseling hendaknya dicatat dengan baik dalam satu buku dan ditempatkan pada
tempat yang cukup rahasia. Adapun hal-hal yang perlu dicatat seperti:
a.
Nomor konseling
b.
Nama klien/kelas
c.
Masalah yang dikonsultasikan
d.
Hasil proses konseling
e.
Catatan-catatan penting untuk diingat/ditindaklanjuti
f.
Petugas yang menangani.
2.2.2.
Konseling Kelompok
1)
Pengertian:
Layanan Konseling
kelompok adalah layanan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok. Masalah yang dibahas adalah masalah masalah pribadi yang
dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
2) Hal-Hal
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penyelenggaraan Konseling Kelompok
a.
Membina keakraban dalam kelompok
b.
Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok
c.
Bersama-sama mencapai tujuan kelompok
d.
Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok
e.
ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok
f.
Berkomunikasi secara bebas dan terbuka
g.
Membantu anggota lain dalam kelompok
h.
memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam
kelompok
i.
Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
3)
Tahap-Tahap Penyelenggaran Konseling Kelompok
a.
Tahap Pembentukan:
a)
Mengungkap pengenalan dan tujuan kegiatan
b)
Menjelaskan cara pelaksanaan
c)
Menjelaskan Azas-azas kegiatan
d)
Saling memperkenalkan dan mengungkap diri
e)
Teknik Khusus
f)
Permainan pengakraban
b.
Tahap Peralihan:
a)
Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya
b)
Membahas suasana yang terjadi
c)
Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
c.
Tahap Kegiatan:
a)
Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan
masalah
b)
Menetapkan masalah atau topic yang akan dibahas
c)
Anggota kelompok membahas masing-masing topic secara
mendalam dan tuntas
d)
Kegiatan selingan
d.
Tahap Pengakhiran :
a)
Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan
segera diakhiri
b)
Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan
hasil kegiatan
c)
Membahas kegiatan lanjutan
d)
mengemukakan pesan dan harapan
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Layanan
Konseling Perorangan, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Jakarta, 1998
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Layanan
Bimbingan Kelompok dan Layanan Konseling Kelompok, Direktorat Pendidikan
Menengah Umum, Jakarta, 1998
Departemen Pendidikan Nasional.2004. Pedoman
Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta. Direktorat Jenderal
Pendidikan dasar dan Menengah.
Sukardi.D. Ketut. 1983. Dasar-dasar Bimbingan dan
Penyuluhan Di Sekolah, Surabaya. Usaha Nasional.
Surya,H.M. 1998. Buku Materi Pokok Bimbingan dan
Konseling. Yakarta. Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar